Tag Archives: malu

SUGIH TANPA BANDA

oleh : Heri Kaendo

Ada sebuah ungkapan masyarakat jawa yang begitu sederhana namun mengandung filosofis yang begitu dalam “Sugih Tanpa Banda” yang mungkin artinya kurang lebih “Kaya tidak harus bergelimang materi“….. mudah2an penulis tidak salah, mungkin seperti hal yang tidak sinkron jika melihat dari terminologi bahasa, tetapi disitulah kekuatan dari ungkapan sedehana ini, mengandung arti sebuah kejujuran, keikhlasan dan bersyukur terhadap apa dialami.

Sugih Tanpa Banda, adalah cermin dari kaya hati, yang tidak mengukur atau menilai sesuatu melulu dari sisi meteri seperti apa yang terjadi ditengah-tengah masyarakat kita saat ini  dari pejabat, aparat sampai penjahat, dari guru sampai penghulu, juga politisi dan aktifis organisasi,  materi yang berlimpah, memiliki uang yang banyak adalah target,  masalah halal atau tidak..!!!  merugikan orang lain atau merampas hak yang bukan miliknya..!!!  tidak menjadi masalah.

Siapa yang jujur dia akan terkubur,  manusia idealis sudah hampir habis terkikis, seiring iman yang kian hari kian menipis, begitu kuatnya budaya menjadi orang kaya dengan berbagai cara, degradasi moral terus berlangsung,  budaya malu seperti tinggal cerita dan hanya ada dalam komik, sebenarnya tidak ada yang salah dengan cita-cita menjadi kaya ketika cara mengikuti aturan dimana ada norma-norma dan rambu-rambu agama, yang menuntun kita sehingga tidak tersesat pada penghambaan terhadap kekayaan meteri lalu menjadikan manusia budak yang tak berakhlaq dan tidak punya rasa malu.

Harta, Tahta, Wanita………………Kerapkali membuat manusia lupa diri, terjebak pada kenikmatan yang semu, berlomba untuk meraihnya seperti mengejar matahari yang terang benderang ,energi yang begitu kuat semakin kita kejar dan dekat semakin panas dan akhirnya hangus terbakar, ungkapan sederhana masyarakat jawa “Sugih Tanpa Banda” bisa juga kita terjemahkan sebagai Miskin tapi Kaya … miskin harta tapi kaya kenikmatan hakiki, ungkapan ini sangat terdengar idealis tapi nyata dan banyak dialami para generasi terbaik zaman Rosulullah dan para sahabatnya antara lain : Bilal sang Muadzin dia adalah budak yang di bebaskan oleh Sayidina Abu Bakar atau Sayidina Ali Bin Abu Thalib yang terkenal dengan hidupnya yang Zuhud dan bahkan terkenal dengan ungkapannya “wahai dunia jika saja engkau tidak harus kulewati…aku tak mau melawatimu” ………. bahkan seorang Abu Dzar Al’Gifari yang menolak menjadi pejabat seperti juga Salman Al’farizi mereka adalah para sahabat Rosulullah SAW, yang selama hidupnya memilih miskin harta tapi kaya akan Iman dan kebaikan  selalu bersyukur karena nikmat yang diberikan… luar biasa.

orang-berdoa.jpeg

Banyak yang kita petik dari ungkapan Sugih Tanpa Banda ini, yang tentunya sangat berat dijalankan dan tidak mungkin secara matematis, karena hal ini hanya dapat dijawab oleh kejujuran sikap, keikhlasan dan tanpa pamrih,  hal ini sudah sangat kecil kemungkinannya orang bisa melakukan itu pada era saat ini yang justru banyak melahirkan kaum materialistis….., tapi bukan berarti harus pasrah  mengikuti arus prilaku yang sudah menjadi budaya bahkan mungkin sudah menjadi agama bagi mereka, karena begitu meyakininya bahwa harta, tahta, wanita dapat membawanya pada kebahagiaan yang hakiki karena itulah tuhan mereka.

Hidup selalu saja dihadapkan pada pilihan…..  manusia cenderung memilih sesuatu yang nyata, cetar dan membahana, Bidadari yang sangat cantik, kenikmatan yang tiada batasnya itu ada di surga yang masih abstrak…. dan yang populer adalah manusia selalu befikir “bagaimana nanti…dan bukan nanti bagaimana”…………

gayus-6

Tinggalkan komentar

Filed under opini